:: SELAMAT DATANG di Media Online “BERITA.Com” ::

Sabtu, 04 Juli 2009

OPINI


OPINI

BIAYA PERGURUAN TINGGI MAKIN MAHAL
Oleh: Nina Nurlina

SEJAK beberapa tahun terakhir ini,kalangan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit telah menggelar ‘jalur khusus’ program kuliah mandiri,merupakan sebuah program seleksi mahasiswa baru dengan tujuan membidik calon mahasiswa yang berduit dan berani memberi ‘sumbangan uang’ besar.Program ini khusus bagi orangtua yang menginginkan anaknya kuliah di PTN favorit.Sediakan uang dalam bilangan ratusan juta rupiah,daftarkan anak ke jalur khusus atau program kuliah mandiri di PTN bersangkutan, dan Anda akan segera memperoleh kepastian bahwa sang anak akan terdaftar sebagai mahasiswa dimaksud.
Konon kabarnya,untuk Fakultas Kedokteran di sebuah PTN favorit dibutuhkan dana di atas Rp.250 juta bagi calon mahasiswa yang berminat kuliah melalui jalur khusus tersebut.Walau mereka tetap harus melalui test,tetapi test untuk mereka berbeda dengan test yang harus dijalani calon mahasiswa lainnya yang mengikuti jalur regular yakni Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) atau Sipenmaru.Dan ternyata,peminatnya cukup banyak juga.
Sebaliknya,bagi calon mahasiswa baru yang memiliki keuangannya pas-pasan,biaya sebesar itu yang ditawarkan PTN sangat mahal.Keinginan untuk kuliah di fakultas tertentu melalui jalur khusus tersebut hanya sebuah impian dan harus mengelus dada.Sebab,sebagian besar calon mahasiswa baru yang berminat melanjutkan pendidikan ke PTN, bukanlah berasal dari kalangan berkocek tebal.
Adapun besarnya sumbangan pada seleksi penerimaan mahasiswa baru lewat program prestasi dan minat mandiri tersebut sangat bervariasi dari satu PTN ke PTN lainnya.Sumbangan itu pun berbeda besarannya sesuai jurusan atau fakultas.Selain itu,tiap PTN menetapkan kuota berbeda untuk penerimaan mahasiswa baru lewat jalur khusus.Dalam hal ini,untuk Fakultas Kedokteran di PTN satu mematok Rp.250 juta,tapi di PTN lain sebesar Rp.200 juta.Sementara untuk fakultas lain,terutama sosial dan politik atau sastra,jauh lebih murah yakni di bawah Rp.50 juta.
Kini muncul pertanyaan,kenapa PTN ramai-ramai membuka ‘jalur khusus’ program kuliah mandiri yang terkesan memberikan prioritas bagi calon mahasiswa dari kalangan berduit? Gejala apa yang tengah bergolak di dunia pendidikan khususnya di PTN ini? Apakah hal ini tidak akan menimbulkan kesenjangan social dalam perkuliahan di PTN?
*****
ADA banyak jawaban bisa dilontarkan oleh pihak pengelola PTN.Karena yang jelas,para pejabat PTN punya dalihnya masing-masing untuk menggelar program kuliah mandiri.Namun yang jelas,di tengah kebijakan pemerintah untuk memberikan otonomi kampus yang lebih besar dan kecilnya subsidi pendidikan tinggi,maka kreativitas berbagai PTN dalam membuka jalur khusus tampaknya bisa dimaklumi.Dalam kaitan ini,maka dibutuhkan peran Majelis Wali Amanat di tiap perguruan tinggi untuk meminta pertanggung jawaban bila program tersebut gagal,juga perlu adanya transparansi dalam memungut biaya masyarakat.
Pada intinya,biaya operasional PTN dari tahun ke tahun meningkat pesat, sementara subsidi dari pemerintah justru semakin mengecil.Untuk menutupi kesenjangan financial tersebut,maka PTN harus melakukan berbagai upaya.Pembukaan jalur khusus atau program kualiah mandiri bagi calon mahasiswa baru,adalah salah satu solusi yang bisa dilakukan,agar PTN bersangkutan bisa menggali sumber pendanaan alternative di luar subsidi.
Subsidi yang diberikan pemerintah kepada PTN memang tidak terlalu signifikan lagi.Apalagi dikaitkan dengan peningkatan biaya operasional perguruan.Dalam APBN tiap tahun,subsidi yang dialokasikan untuk berbagai PTN dan dibagi jumlah mahasiswa yang ada,ternyata tiap mahasiswa hanya menerima subsidi sekitar Rp.7 juta/tahun. Padahal hasil penelitian yang dilakukan Ditjen Dikti,kebutuhan riil dana untuk mendidik setiap mahasiswa di PTN mencapai Rp.20 juta/tahun.Jadi wajar bila PTN menyelenggarakan program khusus untuk menjaring mahasiswa yang mampu secara financial.
Tidak dipungkiri,bahwa untuk menghadirkan pendidikan tinggi yang lebih bermutu,memang harus ada biaya yang besar.Bukan saja untuk penyediaan fasilitas, termasuk pemberian gaji yang memadai bagi tenaga pengajar,tapi juga pengadaan peralatan dan kebutuhan lainnya.Walau bagaimana pun,kenaikan biaya pendidikan tinggi sudah menjadi tuntutan zaman,karena kebutuhan pembiayaan untuk pengelolaan pendidikan tinggi juga semakin besar. Apalagi kalau hal itu dimaksudkan guna memberikan yang terbaik bagi mahasiswa.
Biaya operasional pendidikan tinggi memang kian mahal.Kalangan perguruan tinggi swasta (PTS) yang sudah terbiasa menyelenggarakan pendidikan dengan pembiayaan secara otonom,tentu sangat mengetahui bagaimana dari waktu ke waktu biaya operasional PTS semakin besar.Tapi bagi PTS,mengutip biaya SPP yang besar kepada mahasiswa,tidak menjadi masalah.Bahkan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru,bisa saja PTS itumemprioritaskan calon mahasiswa yang mampu memberikan sumbangan dana paling besar.Semua itu tidak ada masalah bagi PTS.
Kontroversi muncul ketika hal itu dilakukan oleh PTN,yang oleh sebagian besar masyarakat dipersepsikan sebagai pendidikan tinggi berbiaya murah,setidaknya dibandingkan dengan PTS favorit.Bukankah PTN itu milik negara,bukan milik swasta, yang bisa menetapkan kebijakan dengan leluasa termasuk soal seleksi penerimaan calon mahasiswa baru?
*****
APAPUN alasannya,sejak digulirkannya pembukaan program kuliah mandiri atau jalur khusus telah menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat.Bahkan ada yang bilang, lama kelamaan PTN tidak ada bedanya lagi dengan PTS,terutama dalam mengutip sumbangan dana bagi calon mahasiswa termasuk dalam menetapkan besaran biaya SPP. Kalau itu yang terjadi,maka PTN dikhawatirkan akan berubah menjadi menjadi kampus yang hanya melayani mahasiswa dari kalangan keluarga yang berduit saja.Kekhawatiran ini bukan mengada-ada.
Jika atas nama subsidi pendidikan tinggi yang tidak memadai,maka PTN boleh dan sah-sah saja membuka program kuliah mandiri atau jalur khusus bagi kalangan mahasiswa berduit,meskipun kuotanya relative kecil.Tapi ini menjadi preseden bahwa PTN memang wajar saja melakukan rekrutmen mahasiswa baru dengan pola seperti itu.
Kalau tahun ini sebuah PTN misalnya hanyamenetapkan kuota 5% untuk mahasiswa berduit,maka bisa saja tahun depan meningkat lagi menjadi 10%,dan begitu seterusnya. Pada akhirnya,program kualiah mandiri atau jalur khusus ini nebjadi program regular, sama persis yang terjadi di PTS.
Dengan demikian,para calon mahasiswa yang berasal dari keluarga minim keuangannya,dari awal mungkin tidak akan pernah mencoba mendaftar untuk ikut ujian seleksi masuk PTN terutama PTN favorit.Kalau PTN nantinya hanya diperuntukkan bagi mahasiswa berduit saja,lantas ke mana lagi calon mahasiswa yang berkantong cekak bisa kuliah?*******
________________________________________________________________________ Penulis adalah pemerhati pendidikan tinggal di Kota Tasikmalaya

No.Rekening: 909.36440.99 Bank Muamalat a/n.Redi Mulyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar