:: SELAMAT DATANG di Media Online “BERITA.Com” ::

Sabtu, 04 Juli 2009

KAMPUNG KUTA




KAMPUNG KUTA YANG MASIH TRADISIONAL
KAMPUNG Kuta merupakan sebuah kampung tradisional yang masih kuat memegang aturan para leluhurnya..Kampung yang memiliki 2 ke-RW-an dan 4 ke-RT-an ini berada di Desa Karangpaningal Kec. Tambaksari Kab.Ciamis sekaligus wilayah perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah yang dibatasi oleh Sungai Cijulan.
Untuk menuju ke kampung tersebut jarak yang harus ditempuh dari pusat kota Kabupaten Ciamis sekitar 34 km menuju ke arah utara,bisa melalui jalur jalan dari Cisaga maupun Kawali.Jika turun hujan, kita yang menggunakan kendaraan roda empat harus berhati-hati,karena kondisi jalan menuju Kampung Kuta cukup licin dan terjal.Kecuali bila menggunakan sepeda motor atau naik ojeg.
Secara geografis,letak Kampung Kuta terpisah dengan kampung lain yang ada di Desa Karangpaninggal, karena berada di suatu lembah yang dikelilingi tebing-tebing tegak lurus yang sekaligus memisahkan atau menjadi batas dengan kampung lainnya. Keberadaan tebing-tebing tinggi yang mengelilingi Kampung Kuta di bagian sebelah utara, barat dan selatan, jika dilihat dari arah dalam Kampung Kuta nampak menyerupai benteng yang melindungi kampung tradisional tersebut.Unik memang.
Sebagai daerah lembah,Kampung Kuta merupakan daerah yang subur. Namun demikian, daerah Kampung Kuta dan daerah lainnya di Desa Karangpaningal mempunyai kondisi tanah yang labil,sehingga rawan terjadi bencana longsor.
Walaupun secara akademis penduduk Kampung Kuta relatif rendah, etos kerja mereka relatif tinggi.Karena mereka bersedia mengerjakan apa saja yang dinilainya halal, terutama pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan.
“Apalagi jika pekerjaan-pekerjaan tersebut dinilai dapat meningkatkan potensi kampung.Karena itu,hasil pertanian dan perkebunan di sini cukup berhasil.”ujar Udin,Kepala Dusun Kampung Kuta.
POTENSI BUDAYA
Konon,nama Kampung Kuta diberikan karena sesuai dengan lokasi kampung tradisional ini yang berada di lembah curam sedalam kurang Iebih 75 meter dan dikelilingi oleh tebing-tebing/perbukitan.Kalau dalam bahasa Sunda disebut Kuta (artinya pager tembok).
Soal asal-muasal Kampung Kuta, dalam beberapa dongeng buhun yang tersebar di kalangan masyarakat Sunda sering disebut adanya nagara burung atau daerah yang tidak jadi/batal menjadi ibukota Kerajaan Galuh dan daerah ini dinamai Kuta Pandak. Karena itu, masyarakat Ciamis dan sekitarnya menganggap Kuta Pandak adalah Kampung Kuta di Desa Karangpaningal sekarang.
Namun.masyarakat Cisaga menyebutnya dengan nama Kuta Jero. Dongeng tersebut ternyata mempunyai kesamaan dengan cerita asal-usul Kampung Kuta. Mereka menganggap dan mengakui dirinya sebagai keturunan Raja Galuh dan keberadaannya di Kampung Kuta sebagai penunggu atau penjaga kekayaan Raja Galuh.
Sejak kapan berdiri Kampung Kuta maupun asal-usul kampung tersebut belum diketahui secara pasti. Namun demikian, ada beberapa versi asal-usul Kampung Kuta yang dituturkan kuncen Kampung Kuta. yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu Kampung Kuta pada masa Kerajaan Galuh dan pada masa Kerajaan Cirebon.
Sedangkan versi lain ditulis dalam ‘Selayang Pandang Pemukiman Tradisional Kampung Kuta’ bahwa Kampung Kuta telah ada sejak jaman dulu. Alkisah, dimulai dengan datangnya Ambu Raksa Bima Kalijaga suruhan Prabu Siliwangi untuk membuka pusat Kerajaan Galuh di Kuta. Bukti-bukti persiapan tersebut sampai kini masih tersimpan di antaranya persiapan semen merah tersimpan di Gunung Semen; peralatan rumah tanggga tersimpan di Gunung Padaringan dan Panday Domas; peralatan kesenian tersimpan di Gunung Wayang dan Gunung Batu Goong. Namun pada saat akan mendirikan kerajaan tidak mencapai Patang Ngewu Domas pendirian keraton digagalkan, semua barang-barang yang telah dipersiapkan semuanya disimpan di Gunung Barang.
Setelah itu Kerajaan Galuh berpindah ke Karang Kamulyan, sebagai gantinya ia menunjuk Aki Batasela, anak buahnya yang berasal dari Solo untuk memelihara Kampung Kuta. Selanjutnya menugaskan Aki Bumi, anak buahnya yang lain berasal dari Cirebon.Namun di antara dua anak buah yang ditugaskan ke Kampung Kuta hanya Aki Bumi yang bisa sampai ke Kampung Kuta.Sementara itu, Aki Batasela karena lambat hanya sampai ke Kampung Cibodas, untuk kemudian ia bermukim di Cibodas sampai meninggal.Karena itulah, sampai sekarang setiap penduduk Kampung Kuta yang meninggal akan dikuburkan di Cibodas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur yaitu Aki Batasela yang meninggal di Cibodas.
Adapun pemeliharaan Kampung Kuta selanjutnya diserahkan kepada keturunan Aki Bumi secara turun-temurun sebagai ‘kuncen’ juru kunci. Keturunan dari Aki Bumi, yang menjadi kuncen di Kampung Kuta adalah Aki Dano, Aki Maena, Aki Surabangsa, dan Aki Rasipan. Kelima kuncen tersebut telah meninggal dan selanjutnya yang menjadi kuncen di Kampung Kuta harus keturunan Aki Rasipan.
RELIGI
Seluruh penduduk Kampung Kuta beragama Islam,dengan sarana ibadah tentunya berupa sebuah mesjid yang letaknya bersebelahan dengan Balai Dusun, disamping mushola-mushola lain yang terdapat di rumah-rumah penduduk. Walaupun hanya sebuah mesjid, bukan berarti pelaksanaan ibadah keagamaan rendah,karena selama ini penduduk Kampung Kuta dikenal sebagai masyarakat yang taat menjalankan syariat agama Islam.
Pelaksanaan shalat lima waktu mereka lakukan di rumah masing-masing atau berjamaah di masjid. Pengajian rutin diikuti oleh sejumlah besar penduduk dilakukan di masjid. Pengajian yang diikuti oleh kaum ibu atau remaja putri dilakukan pada Kamis malam (malam Jumat) atau Jumat pagi, sedangkan pengajian yang diikuti oleh bapak-bapak atau remaja putra dilakukan pada hari Jum’at menjelang shalat Jumat.
Pelaksanaan peringatan hari-hari besar keagamaan seperti Muludan, Rajaban, atau Nuzulul Quran tidak pernah dilewatkan oleh masyarakat Kampung Kuta. Pelaksanaan acara tersebut dipusatkan di mesjid atau di Balai Dusun dengan cara mengadakan pengajian atau ceramah keagamaan dengan mendatangkan penceramah dari luar Kampung Kuta biasanya dari Cisontrol. Pada acara tersebut secara spontan penduduk mendatangi tempat perayaan dengan membawa nasi tumpeng atau penganan lainnya yang akan dimakan bersama-sama. Jika memerlukan biaya berupa uang, mereka akan menyumbang secara sukarela dengan jumlah yang variatif.
Fungsi utama penyelenggaraan kegiatan tersebut, selain melaksanakan kegiatan beribadat yang dapat meningkatkan pengetahuan, keimanan, dan ketaqwaan, juga sebagai ajang silaturahmi.Karena pada saat penyelenggarakan kegiatan tersebut berkumpul hampir seluruh penduduk kampung dan mereka dapat saling melepaskan kerinduan atau saling bertanya tentang keadaan masing-masing,termasuk tentang kesehatan seseorang. Jika terdapat warga kampung yang sakit mereka akan menengok bersama-sama.
Tokoh panutan keagamaan bagi masyarakat Kampung Kuta adalah ustadz yang menjadi pengurus DKM. Bagi masyarakat Kampung Kuta orang yang terpilih menjadi DKM adalah orang-orang pilihan yang pengetahuan agamanya melebihi kemampuan beragama penduduk lainnya, sikap-sikap mereka pun perlu dituruti dan diteladani sebagai sikap yang terpuji. Pada umumnya sikap mereka selalu merendah, tidak emosional dan menuntun orang-orang yang memerlukan tambahan pengetahuan agama.
Karena itu tidaklah mengherankan, setiap ucapan ‘sang ustadz’ selalu dituruti oleh para santrinya dan penduduk lainnya. Karena sikap-sikap itulah mereka selalu diundang pada setiap kegiatan keagamaan dan dijadikan konsultan bagi masalah-masalah keagamaan. Bahkan,seringkali ustadz ini dijadikan mediator atau transformator bagi program-program pemerintah dalam pengembangan pembangunan daerah maupun hal-hal lainnya.
ADAT ISTIADAT
Walaupun keyakinan terhadap agama Islam yang dianut masyarakat Kampung Kuta melekat kuat,tetapi pada pelaksanaan sehari-hari masih tercampur antara kaidah-kaidah Islam dengan adapt istiadar setempat. Hal ini disebabkan karena penerapan ajaran Islam sejak awal dibarengkan dengan adatistiadat yang berlaku pada saat itu dan disampaikan tanpa pemilahan berupa penjelasan akan perbedaan antara ajaran agama dan adat.
Selain itu adat yang berlaku sangat aplikatif dengan kehidupan penduduk sehari-hari bercampur dengan ajaran agama yang dituntut untuk dilaksanakan. Kini, akhimya penduduk Kampung Kuta sangat sulit untuk memilah dan memilih antara ajaran agama Islam dan adat istiadat yang berlaku di kampong itu.
Karena penerapan adat yang kuat menyebabkan kepercayaan terhadap mahluk gaib pun sangat kuat dalam kehidupan sehari-hari, dan dipercayai keberadaannya secara kasat mata. mahkluk-mahkluk gaib tadi dinamai Ambu, Rama, Raksa, dan Bima Kalijaga. Konon,mahkluk-mahkluk gaib tadi berada di berbagai tempat di seluruh wilayah Kampung Kuta dan senantiasa menjaga keamanan, kesejahteraan, keselarasan penduduknya.
Dengan demikian,setiap akan melakukan kegiatan ritual,maka dengan sendirinya nama-nama itu selalu disebut untuk dimintai ijin dengan ucapan “ Ka Ambu, Ka Rama, Ka Raksa , Ka Bima Kalijaga nu ngageugeuh di karamat Kuta Jero “. Nama-nama tersebut secara tidak langsung merupakan simbol-simbol,bahwa Ka Ambu merupakan simbol permohonan kepada ibu; Ka Rama merupakan simbol permohonan kepada bapak, Ka Raksa merupakan simbol permohonan untuk menjaga diri kita sendiri; Ka Bima Kalijaga merupakan simbol permohonan kepada sesuatu yang dinilai paling gagah.
Kepercayaan penduduk Kampung Kuta terhadap tabet-tabet (tempat-tempat keramat) sama kentalnya dengan kepercayaan terhadap mahkluk ‘halus’ gaib. Beberapa tabet yang kekeramatannya masih terjaga dengan baik antara lain: Leuweung Gede/Leuweung Karamat,Gunung Wayang,Gunung Panday Domas,Gunung Barang,Gunung Batu Goong dan Ciasihan.
Leuweung Gede (Leuweung Karamat) merupakan kawasan hutan lindung yang dikeramatkan,letaknya berada di sebelah selatan Kampung Kuta dengan luas sekitar 40 hektar, hampir separuh luas Kampung Kuta. Selain kawasan hutannya sendiri yang dikeramatkan, juga di dalamnya terdapat danau kecil disebut kawah dan batu disebut kuburan, yang sama-sama dikeramatkan. Bentuk penghormatan terhadap hutan tersebut diberlakukan sejumlah ‘pamali’ tabu diberlakukan bagi seluruh warga tanpa kecuali,termasuk bagi pengunjung.

Gunung Wayang merupakan gunung yang dikeramatkan penduduk Kampung Kuta, berada di sebelah utara kampung. Gunung ini dikeramatkan karena terkait erat dengan kisah asal-usul Kampung Kuta.Konon menurut cerita, disebut Gunung Wayang karena di gunung itulah berbagai persiapan kesenian termasuk wayang disimpan,ketika Ambu Rama Raksa Bima Kalijaga akan menjadikan kawasan Kuta sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Galuh.
Gunung Pandai Domas (Gunung Tahanan) terletak di sebelah barat Kampung Kuta. Gunung ini dikeramatkan karena masih memiliki rangkaian cerita dengan gunung-gunung lainnya yang dikeramatkan dan diberlakukan ‘pamali’ tabu bagi seluruh warga
Gunung Barang yang terletak di sebelah barat daya kampung, dikeramatkan oleh penduduk Kampung Kuta karena memiliki nilai historis, yaitu gunung ini dijadikan tempat menyimpan barang-barang yang akan dipakai untuk membuka pusat Kerajaan Galuh. Barang-barang yang telah dipersiapkan ternyata tidak dipergunakan mengingat pembukaan pusat Kerajaan Galuh tidak jadi, maka barang-barang tersebut tidak dibawa pulang, melainkan disimpan dan ditimbun di Gunung Barang.

Gunung Batu Goong masih berada di kawasan Kampung Kuta di sebelah timur laut. Gunung ini dikeramatkan karena di gunung ini tersimpan goong (gong) pada saat akan dibuka wilayah pusat pemerintahan Kerajaan Galuh.Konon di gunung ini terdapat sebuah batu yang bentuknya mirip goong (gong)

Ciasihan merupakan sebuah mata air terletak hampir di tengah-tengah Kampung Kuta. Ciasihan dikeramatkan karena sepanjang masa airnya tidak pemah surut dan tidak pernah meluap. Jika dilihat dari namanya, Ciasihan yaitu cai (air) yang memiliki asih (kasih, sayang). Artinya,bahwa air tersebut dipercaya dapat menimbulkan rasa kasih sayang dari seseorang kepada orang lain.
Bentuk lain penghormatan atau pengkeramatan terhadap tabet-tabet tersebut yaitu dengan memelihara kelestarian lingkungan alamnya dengan cara memberlakukan beberapa ‘pamali’ tabu di tempat-tempat itu, serta ancaman yang keras bagi setiap perusak atau pelanggar tabu ,sehingga tetap lestari dan tak ada warga Kampung Kuta yang berani melanggar peraturan yang berlaku.*****(REDI MULYADI)
REDI MULYADI
PO.Box: 05/IH
Tasikmalaya 46151
e-mail: redi_mulyadi2000@yahoo.co.id
No.Rekening: 909.36440.99 Bank Muamalat a/n REDI MULYADI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar