SARIFAH (45), adalah sosok wanita desa yang lugu dan pekerja keras yang tak kenal lelah. Betapa tidak! Karena setiap hari, mulai pukul 08.00 – 15.00 WIB, ia bekerja sebagai buruh pada sebuah home industry gula merah di sebuah desa di Kec.Cikalong Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan.
Bekerja seharian itu demi upah sebesar Rp. 10.000 atau beras 2 kg. Tak ada pilihan lain. Karena tak ada pekerjaan yang layak lagi, kecuali bekerja sebagai buruh tani; membersihkan rumput di kebun atau tandur di sawah. Tapi pekerjaan itu tidak dilakukan setiap hari seperti halnya membuat gula aren yang dijalaninya saat ini.
“Kalau membuat gula aren atau gula merah dilakukan tiap hari. Dan upahnya cukup lumayan bila dibanding bekerja di sawah atau membersihkan rumput di kebun, yang hanya Rp.7.500.”tutur Sarifah.
Jadi, ia tampak tekun menjalani pekerjaannya sebagai pembuat gula merah. Sarifah bersama dua orang pekerja lain--yang juga perempuan--tiap hari bekerja di home industry milik tetangganya itu.Setelah beres mengurus rumahtangganya, pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB mulai bekerja mengolah air nira dari pohon aren/enau untuk dijadikan gula merah, dan pulang sekitar 15.00 WIB.
“Jika tidak bekerja keras seperti ini, mana mungkin saya dan ketiga anak bisa makan maupun memenuhi kebutuhan hidup lainnya meski tidak mencukupi, apalagi bisa menyekolahkan.”ungkapnya.
Sarifah mengaku, bahwa pekerjaannya sebagai pembuat gula merah telah dijalaninya sejak 4 tahun lalu, setelah suaminya meninggal dunia akibat kecelakaan kerja di perantauan.Sementara itu, ia harus menghidupi ketiga anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dan membutuhkan biaya tak sedikit.
Dengan bekerja sebagai pembuat gula merah di tetangganya, menurut Sarifah, kehidupan keluarganya merasa sangat terbantu. Sebab, upah Rp.10.000 yang diterimanya bisa dibelikan beras 1-2 kg, sehingga ketiga anaknya bisa makan meski tanpa lauk pauk. Setiap hari, ia sendiri diberi jatah makan 2 kali oleh majikannya.
Namun berbeda dengan kedua temannya, Titin (32) dan Isoh (51) yang masih bersuami, maka pekerjaan membuat gula merah itu sebagai kerja sampingan. Karena kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya menjadi tanggung jawab suami mereka dan upah kerja mereka yang juga Rp.10.000 itu bisa ditabung untuk membeli perhiasan atau pakaian.
“Kalau saya mah lain, tidak bekerja sehari saja, anak-anak tidak bisa makan.”tutur Sarifah. Walau begitu, ia mengaku bersyukur masih punya pekerjaan dengan upah cuma Rp.10.000/hari, sehingga keluarganya bisa menikmati hidup dan kehidupan.(REDI MULYADI)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar