:: SELAMAT DATANG di Media Online “BERITA.Com” ::

Rabu, 16 Februari 2011

Warga Tuntut Peresmian Desa Mekarmulya Kab.Ciamis


CIAMIS, (PRLM).- Sekitar lima puluh warga Desa Mekarmulya, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Ciamis mendatangi DPRD Ciamis, menuntut agar pemerintah daerah segera meresmikan desa tersebut sebagai wilayah yang mandiri lepas dari Desa Sidamulih. Tuntutan tersebut berkenaan dengan dua desa pemekaran lainnya yaitu Desa Cisarua di Kecamatan Langkaplancar, serta Desa Kertajaya di Kecamatan Panawangan, sudah diresmikan pemekarannya.

Mssa yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Desa (FMPD) tersebut menggerudug DPRD setelah beberapa kali upaya agar desa pemekaran segera diresmikan, gagal dilaksanakan. Dalam aksi damainya, mereka menggelar dialog dengan wakil rakyat yang dipimpin mantan Sekretaris Panitia Khusus (Pansus) DPRD Ciamis tentang pemekaran desa, anggota Komisi II, Dedi Risnandi, Rabu (16/2) di ruang sidang utama DPRD Ciamis.

Dalam aksinya yang dipimpin Ai Nanan Handayani yang didampingi sejumlah warga seperti Koordinator Lapangan FMPD, Arip Budiman, serta beberapa tokoh masyarakat menyakatkan bahwa menyatakan kekecewaannya terhadap pemerintah daerah yang dinilainya tidak konsekuen. Mereka mengatakan bahwa terlambatnya peresmian desa, karena ketidaktegasan pemerintah, serta adanya campur tangan dari kepentingan politik.

"Buktinya ketika putusan rapat Badan Perwakilan Desa (BPD) desa induk agar segera berjalan, namun akhirnya ada penjegalan dan benturan. Ada apa sebenarnya, dua desa pemekaran lain sudah diresmikan, akan tetapi giliran Mekarmulya, sampai saat ini tidak terealisasi," tutur Ai.

Pernyataan serupa juga dikemukakan Arip dan Nanang Haryana. Keduanya menyatakan bahwa secara prinsip sudah tidak ada lagi persoalan mengenai pemekaran, termasuk dalam memutuskan pejabat sementara (pjs) yang bakal menjadi Kepala Desa setempat. Persoalan muncul ketika dari pihak kecamatan atau pemerintah daerah ternyata tidak sependapat dengan hasil rapat BPD menyangkut sosok yang bakal duduk sebagai pjs.

"Rapat BPD merupakan proses demokrasi tertinggi di desa sudah mengambil keyuptusan, akan tetapi pada kenyataannya ada yang mengganjalnya. Kami kaget ketika mendapatkan penjelasan bahwa yang menjadi pjs bukan figur yang merupakan hasil rapat BPD. Tetapi ditunjuk orang baru yang nota bene bukan orang setempat," tutur Arip.

Menanggapi hal itu Dedi Risnandi yang didampingi anggota Komisi 1 DPRD Ciamis, Ajum Anwar Sutisna mengatakan dapat memahami apa yang menjadi keinginan warga untuk dilaksanakannya pemekaran desa. Dia juga mengaku apa yang disampaikan kepada wakil rakyat di DPRD Ciamis merupakan kehendak masyarakat. "Saya dapat memahami keadaan itu. Temuan saya di lapangan, pemekaran tersebut memang merupakan aspirasi masyarakat," tuturnya.

Berkenaan dengan pengisian pjs Kepala Desa Mekarmulya, dia menyatakan persoalan tersebut harus diselesaikan melalui mekanisme atau aturan. Dengan demikian sosok yang bakal ditunjuk dan dilantik harus sesuai dengan kriteria yang ada dalam aturan perundangan. ''Ada mekanisme pengisian pjs, termasuk berapa lama memegang jabatan tersebut. Untuk itu agar tidak muncul persoalan di kemudian hari, semuanya harus ditempuh sesuai dengan mekanisme yang ada. Persoalan ini akan segera saya sampaikan ke pimpinan dewan," ujarnya di depan warga Mekarmulya. (A-101/das)***

Senin, 24 Januari 2011

Agus Partiwa ST Sukses Kembangkan Domba Kontes dan Konsumsi

WALAUPUN awalnya iseng dan basicnya sarjana teknik (ST), Agus Partiwa rupanya sukses menjadi peternak di Kec. Sukamantri Kab.Ciamis, terutama dalam mengembangkan ternak domba ‘adu’ kontes dan konsumsi melalui Kelompok Tani “Karya Mukti 3” yang dipimpinnya. Alasannya sederhana, bahwa beternak domba punya prospek cerah dan menguntungkan, karena pasarnya cukup jelas dan permintaannya pun tak pernah sepi.

Lantas, Agus memilih ternak domba jenis domba garut yang selama ini dikenal luas sebagai hewan untuk ‘kontes’ adu ketangkasan, sebenarnya sangat potensial untuk dijadkan ternak pedaging. Karena kandungan daging hewan itu lebih banyak dibandingkan dengan domba biasa meskipun diberi pakan yang sama.

“Potensi pasar terbesar pertama adalah hewan ternak Domba Garut untuk memenuhi kebutuhan tahunan ibadah kurban. Kemudian menyusul kebutuhan konsumsi daging harian baik itu rumah tangga, restoran dan warung sate. Selanjutnya adalah kebutuhan aqiqah, dan terakhir adalah penghobi yang selalu mencari bibit Domba Garut jantan unggulan.”jelas Agus Partiwa yang saat ini memiliki domba sekitar 60 ekor .

Bahkan, beternak domba garut untuk ‘kontes’ adu ketangkasan sangat menguntungkan, karena harganya rata-rata di atas Rp.10 juta per ekor.Apalagi kalau domba tersebut sering meraih juara pada setiap ‘kontes’ adu ketangkasan.”Nah, domba garut milik saya sendiri saat Pesta Patok di Sukamantri pada 18 Desember 2010 lalu, sudah ada penghobi yang menawar seharga Rp.20 juta,”tutur Ketua Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Kec.Sukamantri.

MANDIRI

Agus Partiwa menjelaskan, jumlah anggota Kelompok Tani Ternak “Karya Mukti 3” sebanyak 10 orang, dimana mereka memelihara ternak domba dan kambing miliknya sebanyak 60 ekor tersebut. Hal yang menarik, kelompok tani yang dipimpinnya itu berusaha mandiri atau mengeluarkan kocek sendiri untuk membeli domba/kambing, karena selama ini belum pernah menerima bantuan ternak dari pemerintah.

Selain beternak domba dan kambing, pria tinggi ini memiliki 11 hektar lahan pertanian terpadu (hortikultura, tanaman pangan dan ternak) yang digarap oleh anggota Kelompok Tani Karya Mukti 3 Desa Sukamantri.”Dengan mengelola pertanian terpadu ini ternyata cukup menguntungkan, karena saling keterkaitan, misalnya kotoran domba bisa dijadikan pupuk organic, sehingga menghemat biaya produksi dan hasilnya cukup maksimal,”tuturnya.

Namun, beternak domba garut (plus domba lokal) dan kambing menjadi prioritas utama, karena dinilai menguntungkan dan prospek pasarnya terbuka luas serta pemasarannya tidak sulit. “Khusus menjelang pelaksanaan Idhul Qurban, kelompok ternak kami kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar, terutama dari Malaysia dalam jumlah banyak. Hingga saya sering mendatangkan domba dan kaming dari peternak luar Kec.Sukamantri. Namun, pasar Malaysia banyak membutuhkan jenis kambing kacang untuk Qurban.”paparnya.

Bahkan, lanjut Agus Partiwa, keberadaan usaha ternak domba dapat memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Hal ini sesuai visi dan misi Departemen Pertanian RI, bahwa komoditas domba dan kambing merupakan salah satu komoditas yang memenuhi kriteria untuk terus dikembangkan. Karena ternak ini dinilai memiliki daya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan. (REDI MULYADI)***